Pergeseran Pancasila sebagai Ideologi ditengah Globalisasi
Perkembangan
barang-barang seperti telepon genggam, televisi satelit, dan internet menunjukkan bahwa komunikasi global terjadi demikian
cepatnya.
Sadar atau tidak barang-barang
seperti yang disebutkan tadi dapat memperpendek jarak, ruang, dan waktu. Katakanlah
pada tahun sebelum kemerdekaan, jika ada seseorang ingin menyampaikan sesuatu
dan ingin melihat paras orang tersebut mereka haruslah bertemu namun pada abad
ke-20 ini itu tidak perlu dilakukan sebab sudah ada smart phone dengan aplikasi
3G (dimana aplikasi ini dapat memungkinkan kita berkomunikasi 2 arah dengan
memunculkan paras lawan komunikasinya tanpa melihat jarak dan waktu) yang sudah
banyak dipasaran, sadar atau tidak masuknya smart phone ke Indonesia adalah
salah satu dampak globalisasi tersebut dapat memperpendek jarak dan waktu,
adanya internet dapat memberikan informasi yang kita
butuhkan, serta dapat menjadi media untuk mengeksplorasi kemampuan individu
baik dalam kreatifitas maupun pendidikan.
Terlepas
dari itu, di bidang industri (dalam segi teknis) juga mengalami pertumbuhan
yang sangat besar dibandingkan pada masa saat nenek kita kecil. Hal itu dapat
dilihat dari banyaknya mesin-mesin yang digunakan dalam proses produksi sehingga
dapat menghasilkan produk lebih banyak dengan waktu yang relatif singkat.
Mesin-mesin tersebut tercipta karena adanya globalisasi sehingga ada pergeseran
pada proses, waktu tempuh, dan jumlah yang dihasilkan. Setiap pergeseran atau
perubahan pasti ada baik dan buruknya, jika dilihat dari segi positif dampak
globalisasi (khususnya dibidang industri) dapat mempercepat masa produksi,
tidak membutuhkan banyak orang untuk proses produksi, produksi yang dihasilkan
lebih banyak. Jika dilihat dari segi negatif, dampak globalisasi dibidang ini
antara lain mengurangi ketersediaan lapangan pekerjaan (seharusnya untuk 1x
produksi membutuhkan 30-40 orang, akibat masuknya arus globalisasi untuk 1x
produksi hanya membutuhkan 15-20 orang), menimbulkan polusi dan melonjaknya
permintaan bahan bakar (sebab banyaknya industri-industri yang menggunakan
mesin).
Tak
kalah dengan bidang industri dan komunikasi peningkatanpun terjadi pada sistem interaksi kultural melalui perkembangan media
massa (terutama televisi, film, musik, dan transmisi berita dan olah raga
internasional). saat ini, kita dapat mengonsumsi dan mengalami gagasan dan
pengalaman baru mengenai hal-hal yang melintasi beraneka ragam budaya, misalnya
dalam bidang fashion,
literatur, dan makanan.
Namun pada sektor ini dapat sangat membahayakan kedudukan budaya asli
Indonesia, norma-norma yang ada sebelum datangnya globalisasi (contoh: pada
masa ibu kita masih kecil semua anak perempuan memakai rok dengan panjang
dibawah mata kaki, baju panjang tidak ketat dan terawang, serta berkerudung namun
karena adanya globalisasi [masuknya kebiasaan orang barat ke Indonesia lewat
televisi] terjadi pergeseran norma-norma yang dulu pernah ada, bahkan sekarang
ini sudah tergerus globalisasi).
Berkaitan
dengan dampak negatif globalisasi dari masing-masing bidang akan meningkatkan
tindak kriminal di Indonesia, misal: banyaknya copet akibat PHK besar-besaran
ditingkat industry sebab pemilik industry memutuskan untuk menggunakan mesin
sebagai alat produksi, banyaknya kasus pemerkosaan akibat masuknya kebiasaan
orang barat yang tidak sesuai dengan norma yang berlaku di Indonesia.
Kennedy dan Cohen menyimpulkan bahwa
transformasi ini telah membawa kita pada globalisme, sebuah kesadaran dan
pemahaman baru bahwa dunia adalah satu. Giddens menegaskan bahwa kebanyakan dari kita sadar bahwa
sebenarnya diri kita turut ambil bagian dalam sebuah dunia yang harus berubah tanpa terkendali yang
ditandai dengan selera dan rasa ketertarikan akan hal sama, perubahan dan
ketidakpastian, serta kenyataan yang mungkin terjadi. Sejalan dengan itu, Peter Drucker menyebutkan globalisasi sebagai zaman transformasi sosial.
Dari
pernyataan tersebut tidak bisa dipungkiri lagi bahwa di abad ke-20 kemajuan yang
sangat signifikan (dibidang komunikasi, teknologi, sains, industri, ekonomi,
serta sistem interaksi) dan akan terus berkembang seiring berjalannya waktu.
Hal ini tentu sangat dirasakan oleh Indonesia baik dari segi manfaat ataupun
dampak yang ditimbulkan, sebab Indonesia merupakan Negara dengan multikultural
(terdiri dari berbagai macam ras, suku, dan agama) yang disatukan dalam satu
pemerintahan dengan ideologi Pancasila yang berazaskan Bhineka Tunggal Ika
dimana dasar hukum terletak pada Undang-undang Dasar 1945.
Jika dampak globalisasi sangatlah
besar dibidang-bidang yang tumbuh dibawah naungan pemerintah Indonesia. Mungkin
sempat tersirat pertanyaan Bagaimana dampak globalisasi itu sendiri terhadap
Ideologi yang dianut oleh Indonesia? Sebelum membahas itu. Mari saya tunjukan
asal-muasal penetapan ideologi yang dilakukan Indonesia.
Sejak negara Indonesia
merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945 sampai era reformasi saat ini dipandang
dari sudut perkembangan demokrasi sejarah Indonesia, negara kita dalam
menjalankan roda pemerintahan dengan menggunakan demokrasi dibagi dalam
empat masa: 1. Masa Repubik Indonesia I (1945-1959) yang sering disebut era
Demokrasi Liberal dengan ideologi Liberalisme, yang dilandasi oleh paham
individualisme dimana paham tersebut menjamin kebebasan (dalam konteks
seluas-luasnya) tiap-tiap warga negara dalam memperjuangkan hidupnya, sehingga
negara berfungsi sebagai penjaga malam. 2. Masa Republik Indonesia II
(1959-1965) atau lebih dikenal era Orde Lama (Demokrasi Terpimpin), pada era
ini ideologi yang digunakan tetap Liberalisme meskipun sudah dibatasi secara formal
oleh “Penpres No. 7 Tahun 1959 tentang Syarat-syarat dan Penyederhanaan
Kepartaian” pada era ini pula mulai diperkenalkannya nasionalisme, agama, dan
komunisme (Nasakom) dimana gagasan tersebut menjadi acuhan partai-partai
politik pada era itu, dan dalam kondisi tersebut tokoh politik dapat memelihara
keseimbangan politik (Rusadi Kantaprawira, 2006: 196). 3. Masa
Republik Indonesia III (1965-1998) atau yang lebih dikenal era Orde Baru (Demokrasi
Pancasila) namun pada sistem demokrasi ini yang digunakan sebagai landasan
ideologi pada dasarnya bukanlah Pancasila, melainkan menerapkan Kultur ABS
([asal bapak senang] juga sangat kuat dalam era ini. Sifat birokrasi yang
bercirikan patron-klien melahirkan tipe birokrasi patrimonial, yakni suatu
birokrasi dimana hubungan-hubungan yang ada, baik intern maupun ekstern adalah
hubungan antar patron dan klien yang sifatnya sangat pribadi dan khas, dan hal
ini mengindikasikan bahwa budaya politik yang berkembang pada era Orde Baru
adalah budaya politik subjek. Dimana semua keputusan dibuat oleh pemerintah,
sedangkan rakyat hanya bisa tunduk di bawah pemerintahan otoriterianisme
Soeharto. Kalaupun ada proses pengambilan keputusan hanya sebagai formalitas
karena yang keputusan kebijakan publik yang hanya diformulasikan dalam
lingkaran elit birokrasi dan militer. Mengapa demikian? sebab pada era ini Pancasila hanya digunakan sebagai penarik
simpati masyarakat yang rindu akan sistem pemerintahan yang Demokratis dan
sesuai Pancasila. 4. Yang terakhir dan berlaku sampai saat ini adalah masa
Republik Indonesia IV (1998-sekarang) atau yang lebih dikenal dengan era
Reformasi, pada era ini telah menggunakan pancasila sebagai ideologi bangsa
Indonesia (meskipun pada dasarnya penetapan secara hukum atas hal ini sudah
sejak 1 juni 1945) dan Undang-undang Dasar 1945 sebagai dasar hukum yang harus
dipatuhi. Bagaimanakah peran Pancasila sebagai ideologi jika dilihat pada
kenyataanya?
JAKARTA, ****.com – Tidak berkembangnya ekonomi Indonesia terjadi karena
tidak adanya penerapan ideologi secara murni dan konsekuen. Akibatnya, sistem
komunisme berkembang subur di Indonesia. Bila ideologi Pancasila dilaksanakan
dengan baik di bumi Indonesia, bukan tidak mustahil komunisme akan staqnan dan
tidak berkembang subur di Indonesia. "Komunisme sudah diujung tanduk, tapi
kenapa tidak jatuh-jatuh. Pancasila adalah solusi dari Komunisme,"
kata Sekjen Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI), Muhammad Rusdi,
di Jakarta, Selasa (11/9). Rusdi mengemukakan, Pancasila di mata asing
sebenarnya sudah diakui mampu menjadi tawaran ke depan atas runtuhnya Komunisme.
Berdasarkan
kutipan dari salah satu media masa di Jakarta tersebut dapat kita simpulkan
bahwa ideologi yang dianut oleh Indonesia mulai bergeser dari ideologi
Pancasila menjadi ideologi Komunisme, hal ini dapat dilihat dari semakin makmur
serta berkuasannya orang-orang berduit, dimana rakyat miskin semakin sengsara
dan terpuruk. (contoh kasus: Koruptor menggelapkan uang rakyat beratus-ratus
juta [namun hanya dapat hukuman 1th penjara, bahkan ada yang dibebaskan],
tetapi coba lihat kasus pencuri ayam yang dilakukan karena istrinya melahirkan
[mendapat hukuman 12 tahun penjara]).
No comments:
Post a Comment