Histories of My self
Hallo!
nama saya Ika Dewi Muriyati.
Saya
dilahirkan 18 tahun lalu tepatnya tanggal 6 februari 1994 di Surabaya. Seperti
halnya anak-anak lain saya pun mempunyai kedua orang tua yang terdiri atas Ayah
yang bernama Moch. Subchan, S.Sos. dan ibu yang bernama Suliyanti yang
berkewajiban mendidik dan membesarkan saya, hanya saja jika anak-anak lain bisa
bermain dan berkumpul dengan ayah mereka sepanjang hari namun saya tidak
demikian. Sejak berumur 2 tahun, saya tidak bisa setiap hari berkumpul atau bermain
dengan ayah sebab beliau sedang menempuh pendidikan S1 jurusan tata kota di
STIA-LAN RI Bandung namun itu tak menjadi masalah karena saya mempunyai ibu
yang dapat menggantikan peran ayah selama beliau tidak bersama dengan kami, tidak
berhenti disitu. Pada saat orang lain beristirahat dan tidur nyenyak saya
dibangunkan oleh bunyi rantang akibat tetesan air yang berasal dari atap rumah
saat membuka mata, saya melihat ibu sedang menguras rumah yang pada saat itu
air dalam rumah mencapai lutut ibu bahkan saya dan adik saya tidur diatas
tempat tidur yang terapung dengan hiasan mangkuk dan piring pada sudut-sudut
tempat tidur dengan iringan gemericik air yang turun dari atap rumah menuju ke
mangkuk dan piring yang telah disediakan. Bukan sekali atau duakali saya
mengalami hal itu, mungkin karena terlalu sering hal tersebut sudah menjadi hal
biyasa bagi saya yang pada waktu itu berumur 2 tahun. Ibu selalu menceritakan
dongeng “si kancil pencuri timun” sebelum saya tidur sambil mengelus kepala
saya dan berkata apapun keadaanmu jangan pernah mengambil sesuatu yang bukan
menjadi hakmu, jangan seperti kancil yang suka mencuri hak orang lain, tak
jarang pula ibu berbagi cerita tentang yang beliau alami namun saya yg tak
mengerti apa yang beliau ceritakan hanya bisa diam dan melihat ibu yang sedang
meneteskan air mata sambil terisak berkata kelak kalau kamu sudah besar belajar
yang pinter ya nduk biyar yang soro dan nelongso cukup ibu saja. Empat tahun
pun berlalu, Ayah yang telah selesai masa study pulang dengan membawa toga dan
ijasah dengan IPK 3,30 tak hanya itu ayah memberi saya oleh-oleh sebuah buku
besar (skripsi) yang didalamnya tercantum nama saya, adik, ibu dan kedua orang
tua dari ayah. Kebahagian nampak pada raut wajah ibu yang selama ini tidak
pernah saya lihat, dan sejak saat itu kehidupan keluarga saya sudah mulai
membaik namun waktu yang dibutuhkan pun tidak singkat untuk bisa seperti
sekarang ini dikarenakan pekerjaan kedua orang tua saya hanya pegawai negeri
sipil yang pada saat itu gajinya tidak lebih besar dari buruh pabrik. Karena
apa yang aku alami itulah tidak akan aku biyarkan siapapun membuat ibuku
meneteskan air mata kesedihan buat yang kesekian kalinya hingga detik ini aku
selalu meneteskan air mata serta tidak pernah rela jika melihat seorang ibu
yang usia lanjut masih bekerja apalagi dengan posisi yang tidak sepantasnya, sambil
berkata dalam hati “Ya Allah jangan biyarkan apa yang hambamu lihat menimpa
kedua orang tua saya, serta bantu dan bimbing hambamu agar bisa membahagiakan
kedua orang tua hambamu.”.
Pada
umur 7 tahun saya sudah mengenyam pendidikan tingkat taman kanak-kanak di TK
Aisyah Bustanul Alfah, pada tingkatan ini saya memperoleh 4 piala baik intra
maupun ekstrakulikuler. Setelah umur 9 tahun saya melanjutkan pada tingkat
sekolah dasar di SDN Kalisari I/242, hanya karena derajat materi kedua orang
tua dan bentuk fisik saya pada saat itu saya hanya mempunyai satu orang yang
mau berteman dengan saya dan hampir semua teman saya yang lain mengucilkan,
menghina bahkan hanya memanfaatkan saya saat ada perlunya saja. Pada saat
penerimaan murid baru tingkat sekolah menengah dasar ayah berkata, “kemarin
pada saat ayah kerja semua teman ayah cerita tentang anaknya yang danemnya
tinggi dan masuk negeri, tapi ayah cuma nunduk dan langsung ke kamar mandi.
Ayah malu, jangankan masuk negeri nilai kamu jauh dibawah nilai anak
temen-temen ayah.” Saya hanya menunduk dan menangis sambil dalam hati berjanji,
“cukup sekali aku memalukan kedua orang tuaku, I must making dreams of my
parents to be reality. I promise it”. Sejak saat itu saya mulai termotivasi dan
ingin menunjukan bahwa aku juga bisa banggain kedua orang tuaku. Dan
Alhamdulillah selama bersekolah di SMP Ipiems Surabaya, saya mendapatkan
Peringkat I selama 3th berturut-turut. Pada saat pengumuman penerimaan SMAN/
SMKN ternyata saya bisa masuk di SMAN 3 Surabaya dengan danem 34,60. Terlepas
dari proses daftar ulang dan lain sebagainya, selama saya berada ditingkat
menengah atas ini Alhamdulillah nilai saya tidak buruk karena saya mendapatkan
SNMPTN Undangan sebelum adanya pengumuman kelulusan. Karena dari awalnya sudah
berniat memberikan SNMPTN Undangan sepenuhnya kepada orang tua, maka ayah
memilih (Trunojoyo madura : Jurusan IT dan UIN malang : jurusan IT). Pada saat pengumuman
kelulusan, saya sangat senang karena hasil dari nilai UN dan pengumuman SNMPTN
Undangan benar-benar memuaskan. Dimana nilai UN saya 55,60 dan SNMPTN Undangan
saya keterima di Trunojoyo Madura jurusan IT, namun karena kedua orang tua saya
menyatakan sekolah di STIKES Surabaya saja. Saya tidak bisa menolak dan
akhirnya menjadi salah satu murid bapak.
Mungkin
karena apa yang saya alami selama ini, saya terbentuk sebagai pribadi yang
keras baik watak, prinsip, dan cara menyikapi semua hal yang ada. Pola berpikir
saya cenderung mengaitkan apa yang saya dapat (baik materi pembelajaran maupun
hanya sekedar wawasan) dengan apa yang ada disekeliling saya (dalam kehiupan
nyata saya). Saya type orang yang percaya dua perinsip “Tiada Kebahagiaan Tanpa
Restu Kedua Orang Tua” dan “Apa yang menimpamu saat ini, adalah apa yang kamu
lakukan pada waktu yang lalu”. Saya memang keras namun hal itu hanya berlaku
pada diri saya sendiri, sebab dalam perinsip saya “jika kamu baik terhadap
saya, maka saya akan jauh lebih baik terhadap kamu”.
Negativenya
dari diri saya yaitu.. jika sudah mangkel/ marah/ benci pada seseorang,
membutuhkan waktu yang cukup lama untuk merubah pandangan saya terhadap orang
tersebut, jika ingin menyampaikan sesuatu secara spontan maka akan terucap dari
mulut saya tanpa ada penambahan apapun, cengeng, moody, tomboy tapi lebih
dominan ke cuek dan jika mempunyai suatu keinginan itu mau tidak mau harus.
Positivenya
saya gak bisa menyembunyikan sesuatu dari mimik wajah saya, lalu saya juga
tidak tegaan, tanggung jawab, tekun, apapun selagi saya bisa Insyaallah akan
saya lakukan sendiri dan pantang menyerah.
No comments:
Post a Comment